Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Rabu, 14 Mei 2025

Apakah ISBN dan QRCBN Sama? Ini Jawaban Ilmiahnya

formacipress.com


Formacipress.com
- Di tengah meningkatnya minat menulis dan menerbitkan buku di Indonesia—baik di kalangan akademisi, mahasiswa, maupun penulis independen—muncul dua istilah yang kerap terdengar dalam proses legalisasi penerbitan: ISBN dan QRCBN. Keduanya sama-sama berfungsi sebagai identitas resmi buku, namun berasal dari sistem yang berbeda dan memiliki karakteristik masing-masing. Memahami persamaan dan perbedaan antara ISBN dan QRCBN menjadi penting, agar penulis dan penerbit tidak salah langkah dalam memilih jalur pengesahan yang sesuai dengan tujuan publikasinya.

Dalam dunia penerbitan buku, setiap karya membutuhkan identitas unik agar dapat diakui, dilacak, dan didistribusikan secara efisien. Selama puluhan tahun, ISBN (International Standard Book Number) telah menjadi standar emas untuk tujuan ini. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan dinamika penerbitan di era digital, muncul sebuah alternatif baru, yaitu QRCBN (Quick Response Code Book Number). Meskipun sama-sama berfungsi sebagai identitas buku, keduanya memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda.

Persamaan: Identitas Resmi Buku

Baik ISBN (International Standard Book Number) maupun QRCBN (Quick Response Code Book Number) hadir sebagai respons terhadap kebutuhan dunia penerbitan untuk memberikan nomor identifikasi unik pada setiap buku. Keduanya bertujuan sama: menjadikan buku terdaftar secara resmi, memiliki jejak legal, dan mudah dilacak dalam sistem distribusi.

Secara umum, baik ISBN maupun QRCBN memuat informasi penting tentang:

  • Judul dan penulis buku
  • Nama penerbit
  • Tahun terbit
  • Nomor edisi
  • Format buku (cetak atau digital)
  • Metadata lain yang berkaitan dengan penerbitan

Keduanya juga diterbitkan oleh lembaga yang sah, yaitu ISBN oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), dan QRCBN oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Dalam hal ini, kedua sistem tersebut sama-sama berfungsi sebagai sarana untuk mengidentifikasi dan mengakui buku secara administratif, meskipun lingkup dan penerapannya berbeda.

Perbedaan: Lingkup, Fungsi, dan Pengakuan

Perbedaan paling mendasar antara ISBN dan QRCBN terletak pada status internasionalitas dan cakupan penggunaannya.

ISBN

ISBN adalah sistem pengkodean yang sudah digunakan secara global dan menjadi standar internasional. Setiap buku yang memiliki ISBN dapat dilacak tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dalam katalog perpustakaan dan toko buku di seluruh dunia. ISBN menjadi syarat wajib dalam penerbitan buku untuk keperluan akademik, pendidikan, dan perdagangan internasional. Di dunia akademik, keberadaan ISBN sangat penting karena menjadi bagian dari penilaian angka kredit dosen, rekognisi karya ilmiah, dan dokumen resmi yang dapat dikutip dalam berbagai publikasi ilmiah.

Mari kita mulai dengan ISBN. Bayangkan ISBN sebagai KTP atau paspor global untuk sebuah buku. Ini adalah deretan angka unik yang terdiri dari 13 digit, yang diberikan kepada setiap edisi dan format buku yang diterbitkan di seluruh dunia. Dikelola oleh Badan Internasional ISBN di London, dan di Indonesia diatur oleh Perpustakaan Nasional RI, ISBN berfungsi sebagai pengidentifikasi universal. Nomor ini tidak hanya mencatat judul dan penerbit, tetapi juga edisi dan format spesifik sebuah buku.

Keberadaan ISBN sangat krusial dalam rantai distribusi buku. Dengan ISBN, toko buku dapat dengan mudah mengidentifikasi dan memesan judul yang tepat, perpustakaan dapat mengkatalogkan koleksinya dengan akurat, dan distributor dapat mengelola inventaris secara efisien. ISBN adalah standar yang diakui secara internasional, menjadikannya kunci untuk buku-buku yang ingin menjangkau pasar global dan terdaftar dalam basis data buku sedunia. Proses mendapatkannya umumnya melibatkan registrasi penerbit dan pengajuan per buku, yang terkadang memerlukan waktu dan prosedur tertentu.

QRCBN

Di sisi lain, muncul QRCBN atau Quick Response Code Book Number, sebuah inovasi yang mulai digulirkan sebagai respons terhadap kebutuhan di era digital, terutama di Indonesia. Berbeda dengan ISBN yang berbentuk deretan angka, QRCBN tampil dalam wujud kode QR yang familiar. Jika ISBN adalah KTP, maka QRCBN adalah "kartu nama digital" yang lebih interaktif.

Tujuan utama QRCBN adalah memberikan identifikasi buku dengan teknologi yang lebih modern dan mudah diakses. Ketika sebuah QRCBN dipindai dengan ponsel pintar, ia dapat langsung menampilkan informasi detail tentang buku tersebut, seperti judul, penulis, editor, desainer sampul, sinopsis, bahkan tautan menuju ulasan atau platform pembelian. Ini membuatnya sangat fleksibel dan informatif, terutama untuk buku-buku digital (e-book) atau untuk penerbitan mandiri (self-publishing) yang membutuhkan proses identifikasi yang lebih cepat dan mudah. Beberapa keunggulan QRCBN adalah proses pengajuannya yang cenderung lebih cepat, bahkan bisa gratis, dan tidak selalu mensyaratkan penyerahan buku fisik.

Sebaliknya, QRCBN adalah sistem baru yang dikembangkan oleh IKAPI sebagai bentuk inovasi dalam menandai buku secara digital. Alih-alih berupa angka 13 digit seperti ISBN, QRCBN menggunakan kode QR yang jika dipindai, langsung menampilkan informasi detail buku melalui platform digital. QRCBN lebih bersifat nasional, digunakan oleh penerbit-penerbit yang tergabung dalam IKAPI, dan difungsikan sebagai sarana pendataan serta promosi buku di tingkat lokal dan nasional. Meski tidak diakui secara internasional dan belum dapat digunakan untuk keperluan akademik formal seperti ISBN, QRCBN tetap memberi manfaat dalam hal kemudahan akses informasi buku secara digital.

Perbedaan Mendasar

Secara fundamental, perbedaan utama terletak pada sifat dan cakupan standarisasinya. ISBN adalah standar internasional yang telah lama mapan dan diakui secara global untuk identifikasi buku cetak maupun digital. Sementara itu, QRCBN adalah inisiatif yang lebih baru, berfokus pada kemudahan akses informasi melalui teknologi QR Code, dan cakupannya cenderung lebih regional (di Indonesia). Meskipun ada beberapa sumber yang menyatakan QRCBN berlaku internasional, implementasi dan pengakuan resminya di tingkat global belum sekuat ISBN.

QRCBN seringkali dilihat sebagai alternatif atau pelengkap bagi ISBN, terutama di tengah isu "krisis ISBN" atau lambatnya proses pengurusan ISBN di beberapa wilayah. Bagi penulis yang ingin menerbitkan bukunya secara mandiri atau bagi penerbit yang memprioritaskan kecepatan dan kemudahan akses informasi digital, QRCBN bisa menjadi pilihan yang sangat menarik. Namun, bagi buku-buku yang menargetkan distribusi luas di toko buku konvensional dan pengakuan global, ISBN tetap menjadi standar yang tak tergantikan.

Pada akhirnya, baik ISBN maupun QRCBN sama-sama bertujuan memberikan identitas unik pada sebuah buku. Pilihan penggunaan keduanya tergantung pada kebutuhan spesifik penulis atau penerbit, target pasar, dan strategi distribusi yang diinginkan dalam lanskap penerbitan yang terus berkembang.

Aspek Legalitas dan Akademik

Dari sisi legalitas, ISBN memiliki posisi yang lebih kuat. Buku ber-ISBN dianggap sebagai karya resmi yang diarsipkan oleh negara melalui Perpusnas dan bisa didaftarkan ke dalam berbagai sistem katalog nasional seperti Katalog Dalam Terbitan (KDT) dan Katalog Induk Nasional (KIN). Hal ini penting jika penulis ingin karyanya diakui secara formal dalam sistem pendidikan tinggi maupun distribusi buku berskala besar.

QRCBN, meskipun sah secara administratif dalam lingkup IKAPI, masih belum diakui dalam sistem akademik formal. Buku dengan QRCBN belum bisa digunakan sebagai dasar untuk memperoleh angka kredit dosen atau sebagai referensi dalam jurnal ilmiah bereputasi. Artinya, bila seorang dosen atau mahasiswa ingin karya bukunya digunakan dalam forum akademik resmi, maka ISBN tetap menjadi pilihan yang tak tergantikan.

Simpulan: Memilih Sesuai Tujuan

Dalam memilih antara ISBN dan QRCBN, penulis dan penerbit harus terlebih dahulu memahami tujuan penerbitan buku mereka. Jika buku tersebut ditujukan untuk keperluan akademik, pengakuan resmi, maupun distribusi internasional, maka ISBN adalah pilihan yang wajib. Namun, jika tujuannya adalah publikasi terbatas, distribusi komunitas, atau memperkenalkan buku dalam lingkup nasional dengan dukungan akses digital, maka QRCBN bisa menjadi pelengkap yang berguna.

Tak jarang pula, penerbit memanfaatkan keduanya secara bersamaan—menggunakan ISBN untuk keperluan legal dan distribusi luas, sementara QRCBN untuk memperkuat aspek promosi digital dan pelacakan informasi melalui kode QR.

Pada akhirnya, memahami kedua sistem ini bukan hanya soal administrasi teknis, tetapi juga bagian dari strategi penerbitan yang cerdas dan terarah. Di tengah dunia literasi yang terus berkembang, kemampuan mengelola identitas buku secara tepat menjadi bagian penting dari keberhasilan sebuah karya untuk dikenal, dibaca, dan diakui.

formacipress.com / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Coprights @ 2017 Blogger Templates