Coretan
kecil ini akan menjadi sebuah bahan pembelajaran untuk semua yang membaca bahwa
Tuban merupakan daerah yang sangat kaya akan sejarah, kebudayaan, kesenian, dan
aspek-aspek lainnya. Kalau membaca sejarah Walisongo, tentu tidak akan lepas
dari daerah Tuban. Mengapa? Tuban merupakan gerbang awal masuknya Islam di
Nusantara. Tokoh-tokoh terkemuka seperti Ranggalawe, Adipati Wilatikta, Raden
Syahid, Arya Teja, Raden Makhdum Ibrahim, Sunan Bejagung, keluarga Pak Koeswoyo
merupakan begawan-begawan Tuban yang memberikan sejarah manis Nusantara.
Awal
dari kegelisahan Saya terhadap daerah yang mempunyai sejarah besar, saat ini
seperti anak yang tidak punya orang tua. Bandingkan saja Tuban saat ini
berusisa 723 tahun dibandingkan dngan Indonesia masih sangat jauh. Tentunya hal
ini harus menjadi kesadaranputra daerah supaya bagaiman menerapkan nasihat para
leluhurnya. Tidak tanggung-tanggung mulai dari aspek kesenian saja Tuban sudah
hampir sangat lengkap. Saya tidak menentang dan menyalahkan siapa-siapa, maksud
besar Saya adalah ingin membangunkan kembali nilai luhur yang telah di wariskan
para Begawan Tuban supaya diterapkan dalam sistem kehidupan, baik itu dalam bernegara
maupun bermasyarakat.
Begawan
hadir dalam cerita pewayangan digambarkan sebagai sosok Pandita yang sangat dalam ilmu agamanya. Biasanya begawan sebagai
penasihat agung raja. Dalam menghadapi masalah-masalah bernegara, tentu pejabat
publik entah itu Bupati, Gubernur, sampai Presiden harus mempunyai sosok
begawan guna menopang negara dalam menerapkan kebijakannya. Kalau menurut
kiai-kiai pesantren Ulama’ dan Umaro’
harus sambung, sinyalnya tidak boleh putus. Keduanya haruslah berkaitan,
sehingga menciptakan suasana sejuk dalam bermasyarkat dan bernegara.
Fonomena
sosisal dalam bermasyarakat kini mendapat tantangan global berupa kapitalisme.
Apabila pemerintah tidak sanggup untuk memfilter hal ini tentu akan muncul
gesekan di masyarakat. Alih-alih pembangunan home industry secara massal akan berdampak buruk jika tidak di
lakukan dengan situasi yang cair. Artinya, tantangan global berupa kapitalisme
ini merupakan persaingan dagang para pemilik modal. Jika tidak di hitung kadar
dari dampak ang terjadi, rakyatlah yang akan menjadi batu pijakan mereka. Di sini
lah peran penting dua arus gelombang Ulama’dan Umaro’ dalam mengatasi hal
tersebut.
Tulisan-tulisan
yang nantinya akan menemani pembaca untuk merasakan bagaimana satu langkah ke belakang
untuk bekal di masa mendatang. Harapan besar Saya adalah siapa pun saja yang
mencintai negri tercinta Indonesia pada umumnya dan daerah masing-masing mulai
dari saat ini membuka nasihat begawan kita sendiri. Tidak ada salahnya kita
mempelajari budaya modern, itu juga bagus. Tapi alangkah baiknya kita juga belajar apa yang sudah diwariskan
para begawan yang luhur. Temukan jawabannya di buku ini!
Judul : Nasihat Begawan Tuban
Penerbit : Formaci Press
Pengarang : Ahmad Ali Zainul Sofan
Editor : M. Yusuf Tamami
ISBN:
978-602-61554-4-3
Cetakan
: April, 2017
Harga : Rp.40.000,- (belum termasuk ongkir)
Informasi lebih lanjut, silakan hubungi distributor tunggal:
085740145329/082240052998.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.